Salah Untuk Benar

The Ega Of Deception

295Siapapun kita maka dipastikan akan melakukan keslahan, itulah sebabnya maka kita selalu berdoa, ya Allah tunjukkanlah yang benar itu benar di mata saya, dan tunjukkanlah yang salah itu salah di mata saya, dan berikanlah saya kekuatan untuk menegakkan kebenaran dan memerangi kesalahan minimal yang ada di diri saya sendiri. Maka manakala kita mendapati diri kita telah melakukan kesalahan maka segeralah kita istighfar dan berusaha membenarkan atau meluruskan kesalahan yang kita lakukan selama ini.  Terkait saudara kita Abu Aly,  lalu salah dia ?. belum tentu. Dan Benarkah Saya? Lebih belum tentu lagi.

Saya belum membaca buku buku yang ditulis oleh Abu Aly sehingga saya tidak tahu gagasan beliau seutuhnya seperti apa, hanya sebatas memutar youtube beliau, itupun hanya dua kali putar saja. Sementara posisi kami jauh beda. Maka tak mungkin saya bisa mengungkapkan sesuatu yang berimbang. Saya sangat menyadari itu.

Kita harus bisa menghargai ijtihad Abu Aly dengan menggunakan segala keterampilan akademisnya, sementara saya tidak menggunakan keterampilan akademis seperti itu, malainkan hanya membaca saja. Kita tahu barang siapa yang berijtihad, maka sekalipun keliru kita akan mendapatkan satu pahala. sementara kita yang belajar juga diberikan ganjaran karena mau belajar.

Namun demikian ingin saya katakan bahwa teori untuk mengakali, menipu dan menjebak itu adalah teori Barat yang memang hingga sekarang belum ada pengantinya. Sehingga kta bersedia terakali, tertipu dan terjebak di satu urusan, tetapi kita harus mengakali, menipu dan menjebak di urusan lainnya. Hubungan billateral antar kedua negara bersahabat menurut teori dan praktik Barat juga seperti itu, dengan segala kesadaran kedua negara bersahabat saling ngakali, saling menipu dan saling menjebak.  Syah adanya. Dan politik ekonomi dalam satu negarapun hampir semua transaksi baik dengan atau tampa campur tangan Pemerintah maka praktik seperti itu hampir rata di praktekkan.  Ingin bukti praktik itu dilaksanakan adalah dengan melihat rakyat tambah sengsara atau tambah sejahtera. Semakin teori tersebut diatas yang diwujudkan dengan praktik riba maka rakyat sengasara adalah produknya.

Tetapi manakala hal itu terus menerus dilaksakanakan, maka nasib bangsa akan seperti penduduk kota Irom yang diceritakan dalam al-Quran. Dua kali kota Irom berdiri, yang dihuni para orang pintar, tetapi kepintaran masyarakat kota Irom berakhir dengan kehancuran karena penduduknya bersepakat untuk saling mengakali, saling menipu dan saling menjebak, tetapi juga saling memuji.

Tugas kita yang bodoh harus belajar lebih giat, yang keliru harus segara istighfar dan berijtihad kembali untuk mencari kebenaran, bila selama ini terpaksa belajar dari teori teori Barat yang mematikan, maka sudah saatnya mencari teori dari al-Quran dan hadits yang menghidupkan.  Bila Abu Ali merasa benar, silakan diteruskan, bila merasa belum sempurna maka sempurnakanlah, agar tidak menebar racun melain menebar keberkahan. Hanya itu saja harapan dari orang yang masih merasa perlu belajar lebih dalam, tentu dengan segala keterbatasannya.

Tinggalkan komentar